Cita-cita anak yang ‘sesuai’
Setiap anak indonesia pasti pernah ditanya “mau jadi apa kalau sudah besar
nanti?” bahkan pertanyaan ini diabadikan dalam nyanyian anak anak ciptaan Ria
Enes yang di nyanyikan oleh boneka dubbingnya Susan dalam lagu ‘Susan Punya
Cita-cita’. Apa maknanya? Warga indonesia telah dengan sadar memahami bahwa tujuan hidup
itu penting. Masa depan generasi penerus bangsa dimana setiap anak harus
–secara tidak langsung- menyadari betapa pentingnya memahami passion/talenta
yang dimilikinya dan mengembangkannya sesuai dengan tujuan/cita-cita yang
diharapkan. Coba bayangkan, betapa indah dan hebatnya jika semua anak indonesia
sudah memahami passion dan tujuannya sejak kecil. Tidak hanya menghemat masa
‘pencarian jati diri’ tapi juga menjadikan anak lebih fokus terhadap tujuan
mereka, sehingga apa yang dipelajari oleh mereka adalah benar-benar ‘bekal
dasar’ bagi mereka, bukan hanya sekedar
‘menambah’ ilmu pengetahuan. Tapi memperkaya passion yang sesuai tujuan dan
menjadi dasar ilmu yang akan mereka kembangkan.
Jika diibaratkan jalan kepada goal/tujuan, anak yang sudah mengetahui minat
dan bakatnya akan mengetahui langkah dan jalan yang harus dia ambil. Rancangan
jalanya sudah pasti dan jarang sekali ada langkah yang sia-sia. Berbeda hal nya
dengan anak yang belum mengetahui minat dan bakatnya, dia masih harus ‘mencari’
dan mencoba banyak hal sampai dia merasa ‘ini lah saya, inilah tujuan hidup
saya’ dan baru memulai langkahnya di usia yang rata-rata sudah memasuki usia
remaja dewasa. Tidak ada kata terlambat memang, tapi akan lebih baik jika kita
sudah mengetahui dan mengantisipasi sejak dini. Hal ini bisa terdeteksi dengan
mudah, sebagai orang tua cerdas, seharusnya kita lebih peka terhadap anak kita
mengetahui bakatnya sejak kecil dan mendorongnya hingga dia menemukan passion
dalam bakatnya. Tidak sulit untuk orang tua zaman sekarang, alat pendeteksi
bakat anak sudah banyak ditemukan. Tidak hanya itu, konsultan dan psikolog anak
pun bukan lagi oknum yang sulit ditemui. Sebagai orang tua, kita hanya perlu
untuk mendorong dan mendukung anak kepada passion sesuai keinginannya.
Bisa kita lihat kasus Musa Izzanardi Wijanarko yang menjadi peserta Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2016 termuda di usia 13 tahun. dikutip dari tempo.co dengan tegas ia mengatakan bahwa dia
ingin menjadi ilmuan fisika nuklir, dan bahkan dia sudah memikili rencana akan
karyanya seperti reaktor nuklir untuk menghasilkan listrik secara aman. Bisa
dikatakan hal ini adalah sebuah pencapaian, karena pada anak sebayanya, usia 13
tauhn masih dalam tahap pencarian bakat dan minat. Tidak jarang dari mereka
bahkan belum memikirkan apa passion mereka kedepannya.
Bukan hannya Musa, pada tahun ini, peserta Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) asal semarang, Rania Tasya Ifadah lulus SNMPTN 2016 pada Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Dia mengambil jurusan Kedokteran karena sudah mengetahui dimana passionnya dan
sudah mengetahui tujuannya untuk menjadi dokter yang tidak lain dikarenakan
Rania sudah mengetahui minat dan bakatnya. Kasus lainnya, seperti yang hangat
dibicarakan media akhir akhir ini Joey Alexander yang terkenal sebagai pianis jazz
cilik asal indonesia yang memegang nominasi pada Penghargaan Grammy. Mereka
menjadi hebat karena mereka sudah mengetahui passionnya dan fokus akan
passionnya sejak kecil.
Anak anak pada dasarnya memang lebih mudah ‘dibentuk’ maka dari itu,
dukungan dan dorongan orang tua untuk mendukung passion anak memegang kedudukan
yang sangat penting. Pada hal ini, fungsi Orang tua menjadi sangat vital
mengingat anak akan berkembang lebih dari apa yang bisa dibayangkan jika ada
sinergi antara minat bakat anak dengan dorongan dan dukungan dari orang tua.
Sebagai orang tua, kita juga sehrusnya mendukung passion anak. Sesuai dengan
keinginannya. Bukan sesuai keinginan kita. Ya, benar memang sebagai orang tua
kita sudah banyak berpengalaman dengan hal hal yang berbau futuristik, kadang,
alasan ‘pengalaman’ ini membuat orangtua mambatasi minat bakat anaknya. Kita sebagai
orangtua seharusnya sadar bahwa passion anak adalah dia yang menjalani, tugas dan
kewajiban kita adalah membimbing mengawasi dan mensupport-nya. Masa kita berbeda dengan masa anak kita, zaman yang
berubah memiliki hawa yang berbeda. Tantangan, risiko dan benefitnya pun
berbeda dengan masa kita. Maka, cerdas-cerdas lah menjadi orang tua. Jangan
terlalu terfokus pada ‘pengalaman’ kita.
Karena anak adalah investasi yang nyata. Ditambah 2020 indonesia akan mendapati
bonus demografi yang mana Indonesia mengalami golden age, dimana pertumbuhan
anak mudanya adalah sangat besar. Apa yang saudara fikirkan jika generasi emas
kita adalah orang orang hebat yang berdiri diatas passionnya? Yang sudah matang
di usia produktifnya? Bukan hanya anda sebagai orang tua, tetapi juga negara, dan
dunia akan turut berbangga atas anak anda.
Comments
Post a Comment